Selain memelihara kesehatan fisik melalui olahraga rutin,
mental pun perlu dijaga kesehatannya. Akhir Agustus lalu aku berkomitmen untuk
menulis dengan tangan (handwriting) tentang apapun yang ada dalam benakku,
baik itu tentang kehidupan karir, jodoh, maupun studi. Targetku tidak
muluk-muluk. Minimal menulis 1 kalimat setiap hari. Namun rata-rata tiap hari aku
menulis 5 baris. Paling banyak 1 halaman. Aku hanya berupaya untuk membangun
kebiasaan yang bermanfaat dan membuat aku senang untuk terus melakukannya. Aktivitas handwriting
kadang aku lakukan sebelum tidur atau pagi hari sebelum berangkat ke kantor. Bolos
menulis pernah, tapi tidak sampai 1 minggu. Menurut buku Atomic Habits, bolos
dari sebuah rutin seharusnya maksimal 1 kali. Dan aku masih harus belajar untuk
mempraktikkan itu.
Tidak terasa hampir 3 bulan aku melakukan aktivitas handwriting.
Hari Sabtu kemarin, aku sengaja meluangkan waktu untuk membaca tulisan tanganku
sejak akhir Agustus lalu. Aku membacanya sambil senyum senyum sendiri
menertawakan kondisi mentalku saat menuliskannya. Tulisan yang mengekspresikan
sebuah harapan, kegalauan, kekecewaan, dan keresahan. Aku baru sadar bahwa teman
terbaik untuk bercerita adalah dengan menulis di buku. Disana aku bebas untuk
mengungkapkan segala perasaan dan pikiranku tanpa ada umpan balik. Aku tumpahkan
segala hal yang mengganjal dalam hati. Dan setelah menuliskannya, hati terasa
plong tanpa beban.
Ada fakta menarik saat aku membaca tulisanku yang kutulis
hampir 3 bulan itu. Yang pertama tentang harapan yang perlahan mulai terwujud dan
membuatku bersemangat untuk meraih apa yang kuharapkan. Yang kedua tentang
kegalauan yang kini telah berubah menjadi kemantapan. Dari 2 hal yang aku dapatkan,
aku berkesimpulan bahwa ternyata segala sesuatu yang kita tulis dapat menjadi pemantik
untuk menemukan jalan keluar atas apa yang kita pikirkan. Dengan menulis, aku
tergerak untuk terus berupaya dan aktif mencari solusi. Dan Tuhan tidak
menyia-nyiakan hamba-Nya yang terus berusaha.
Emosi harus disalurkan dengan cara yang baik, salah
satunya yaitu dengan menulis. Di era digitalisasi seperti saat ini, menulis di
komputer atau di smartphone tentu lebih mudah dan praktis. Namun,
menulis dengan tangan (handwriting) ternyata lebih banyak memberikan manfaat
daripada menulis di komputer atau smartphone.
Handwriting bermanfaat untuk mengasah kemampuan motorik. Handwriting
juga menggoreskan pengalaman yang sangat mendalam. Sebuah penelitian terbaru
Johns Hopkins University (JHU) yang dipublikasikan di jurnal Psychological
Science 2021 menunjukkan bahwa latihan menulis tangan memiliki manfaat yang
luar biasa untuk otak dan daya ingat anak. Menulis dengan tangan (handwriting)
ternyata tidak hanya bermanfaat untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Advance in Psychiatric Treatment, manfaat handwriting tidak hanya dialami dalam jangka pendek, tetapi juga dalam jangka panjang. Berikut manfaat dari kebiasaan menulis secara manual (handwriting) yaitu:
- Memiliki peningkatan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dimulai dari peningkatan suasana hati, kesejahteraan, serta fungsi tubuh seperti paru-paru dan hati yang lebih baik.
- Dikaitkan dengan penurunan tekanan darah serta tingkat stres dan gejala depresi.
- Memiliki kualitas tidur yang baik dan lebih panjang untuk tulisan mengenai berbagai hal yang disyukuri (dilakukan sebelum tidur).
(sumber: Menulis Tangan vs
Mengetik, Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan? (hellosehat.com))
Hasil penelitian tentang manfaat handwriting dalam
jurnal tersebut di atas benar benar sudah aku alami. Aku merasa mentalku lebih
sehat dan malah lebih sehat lagi karena kegalauan demi kegalauan mulai menuju ke
arah kemantapan. Atau keresahan yang muncul dapat dihadapi dengan santuy. Dan satu
per satu harapan mulai menemukan jalannya.
Jadi, ga ada salahnya jika teman-teman mencoba terapi handwriting
ini untuk kesehatan mental yang lebih baik. Selamat mencoba