Minggu, 12 November 2023

MENJAGA KESEHATAN MENTAL MELALUI HANDWRITING


 

Selain memelihara kesehatan fisik melalui olahraga rutin, mental pun perlu dijaga kesehatannya. Akhir Agustus lalu aku berkomitmen untuk menulis dengan tangan (handwriting) tentang apapun yang ada dalam benakku, baik itu tentang kehidupan karir, jodoh, maupun studi. Targetku tidak muluk-muluk. Minimal menulis 1 kalimat setiap hari. Namun rata-rata tiap hari aku menulis 5 baris. Paling banyak 1 halaman. Aku hanya berupaya untuk membangun kebiasaan yang bermanfaat dan membuat aku senang untuk terus melakukannya. Aktivitas handwriting kadang aku lakukan sebelum tidur atau pagi hari sebelum berangkat ke kantor. Bolos menulis pernah, tapi tidak sampai 1 minggu. Menurut buku Atomic Habits, bolos dari sebuah rutin seharusnya maksimal 1 kali. Dan aku masih harus belajar untuk mempraktikkan itu.

 

Tidak terasa hampir 3 bulan aku melakukan aktivitas handwriting. Hari Sabtu kemarin, aku sengaja meluangkan waktu untuk membaca tulisan tanganku sejak akhir Agustus lalu. Aku membacanya sambil senyum senyum sendiri menertawakan kondisi mentalku saat menuliskannya. Tulisan yang mengekspresikan sebuah harapan, kegalauan, kekecewaan, dan keresahan. Aku baru sadar bahwa teman terbaik untuk bercerita adalah dengan menulis di buku. Disana aku bebas untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiranku tanpa ada umpan balik. Aku tumpahkan segala hal yang mengganjal dalam hati. Dan setelah menuliskannya, hati terasa plong tanpa beban.


Ada fakta menarik saat aku membaca tulisanku yang kutulis hampir 3 bulan itu. Yang pertama tentang harapan yang perlahan mulai terwujud dan membuatku bersemangat untuk meraih apa yang kuharapkan. Yang kedua tentang kegalauan yang kini telah berubah menjadi kemantapan. Dari 2 hal yang aku dapatkan, aku berkesimpulan bahwa ternyata segala sesuatu yang kita tulis dapat menjadi pemantik untuk menemukan jalan keluar atas apa yang kita pikirkan. Dengan menulis, aku tergerak untuk terus berupaya dan aktif mencari solusi. Dan Tuhan tidak menyia-nyiakan hamba-Nya yang terus berusaha.

 

Emosi harus disalurkan dengan cara yang baik, salah satunya yaitu dengan menulis. Di era digitalisasi seperti saat ini, menulis di komputer atau di smartphone tentu lebih mudah dan praktis. Namun, menulis dengan tangan (handwriting) ternyata lebih banyak memberikan manfaat daripada menulis di komputer atau smartphone.

 

Handwriting bermanfaat untuk mengasah kemampuan motorik. Handwriting juga menggoreskan pengalaman yang sangat mendalam. Sebuah penelitian terbaru Johns Hopkins University (JHU) yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science 2021 menunjukkan bahwa latihan menulis tangan memiliki manfaat yang luar biasa untuk otak dan daya ingat anak. Menulis dengan tangan (handwriting) ternyata tidak hanya bermanfaat untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa.


Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Advance in Psychiatric Treatment, manfaat handwriting tidak hanya dialami dalam jangka pendek, tetapi juga dalam jangka panjang. Berikut manfaat dari kebiasaan menulis secara manual (handwriting) yaitu:

  1. Memiliki peningkatan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dimulai dari peningkatan suasana hati, kesejahteraan, serta fungsi tubuh seperti paru-paru dan hati yang lebih baik.
  2. Dikaitkan dengan penurunan tekanan darah serta tingkat stres dan gejala depresi. 
  3. Memiliki kualitas tidur yang baik dan lebih panjang untuk tulisan mengenai berbagai hal yang disyukuri (dilakukan sebelum tidur).

(sumber: Menulis Tangan vs Mengetik, Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan? (hellosehat.com))

 

Hasil penelitian tentang manfaat handwriting dalam jurnal tersebut di atas benar benar sudah aku alami. Aku merasa mentalku lebih sehat dan malah lebih sehat lagi karena kegalauan demi kegalauan mulai menuju ke arah kemantapan. Atau keresahan yang muncul dapat dihadapi dengan santuy. Dan satu per satu harapan mulai menemukan jalannya.

 

Jadi, ga ada salahnya jika teman-teman mencoba terapi handwriting ini untuk kesehatan mental yang lebih baik. Selamat mencoba ðŸ˜Š.


Minggu, 22 Oktober 2023

Terjebak Cinta Monyet, Awal dari Keputusan Masuk Pesantren

 


Keputusan ku masuk pesantren dibilang sangat mendadak. Saking mendadaknya, Bapak tak hentinya bertanya tentang keseriusanku, ”Beneran Nduk mau masuk pesantren?”, tanya Bapak beberapa kali. Dan setiap ditanya, jawabanku selalu ”Iya, Pak”. Bahkan terkadang jawabanku seolah ingin segera masuk pesantren. Ga nunggu bulan depan atau tahun depan. Tapi secepatnya.


Bapak mengira keputusanku masuk pesantren adalah supaya aku terbebas dari pekerjaan rumah dan tugas menjaga 2 (dua) adikku yang saat itu masih balita. Padahal bukan itu sebab utamanya. Sebab utamanya adalah karena aku ingin kabur dari cinta monyet yang tidak jelas. Wkwkwk.


Pertama kali punya hubungan saling suka ya waktu kelas 6 SD dan berlanjut sampai awal kelas 1 MTs. Doi adalah teman SD di pagi hari dan teman ngaji di sore hari. Awalnya teman biasa. Lama-lama kami saling suka. Tapi, anehnya begitu tau saling suka malah malu mau ngobrol dan ketemu. Aku selalu menghindar dari pandangan si doi. Wkwkwk. Hubungan yang super aneh.  


Karena bingung hubungan itu mau dibawa kemana, sedangkan masa depanku masih panjang dan adik-adikku masih kecil, akhirnya aku memutuskan untuk kabur. Kabur yang baik menurutku saat itu ya masuk pesantren. Ga peduli nanti hidupku di pesantren seperti apa, yang penting aku harus menjauh supaya  tidak ketemu si doi tiap hari. Hahaha


Hari yang aku tunggu masuk pesantren akhirnya datang juga. Di pagi hari yang cerah, aku diantar Bapak berangkat ke pesantren sekaligus membawa perlengkapan selayaknya orang yang mau tinggal di pesantren. Aku masuk pesantren yang pengasuhnya masih ada hubungan kekerabatan dengan eyang kakung. Aku memanggil beliau ”Abah Jamal”. Setelah Bapak menyampaikan niatnya untuk menitipkan aku di pesantren, lantas Abah Jamal menyampaikan bahwa mondok itu seperti kemah. Cuman waktunya lama. Sebagai santri baru, aku baru bisa pulang setelah 40 hari di pesantren. Sedangkan untuk santri lama diperbolehkan pulang 1 (satu) bulan sekali.


Di titik inilah aku menemukan hari baru. Hari untuk memulai hidup yang lebih benar. Masuk pesantren, caraku untuk lari dari pandangan si doi. Aku bersyukur saat itu belum ada ponsel pintar. Sehingga hubungan kami setelah itu benar-benar lenyap dan tidak saling ada kabar. Yeah.


Setelah terjebak dalam hubungan cinta monyet, aku berkomitmen untuk tidak mau mengenal laki-laki. Komitmenku tersebut ternyata gayung bersambut dengan salah satu larangan dari Ibu pengasuh pesantren, yaitu tidak boleh pacaran. Sehingga saat MTs aku hanya fokus belajar, mencari cara supaya aku bisa bebas dari uang SPP. Dan syaratnya harus jadi juara kelas di kelas paralel.


Hal-hal yang aku peroleh selama aku di pesantren saat MTs yaitu:

1.      Belajar membuat keputusan

Keputusan pertama yang aku buat ketika di pesantren adalah aku tidak mau terpengaruh dengan perilaku buruk teman di pesantren, misalnya terlambat berangkat ke sekolah. Sehingga aku mandi lebih pagi dan pergi ke sekolah pun lebih pagi. Tidak pergi bersama-sama dengan teman lainnya. Selain itu, aku juga mendisiplinkan diri belajar setiap malam, ada maupun tidak ada PR aku tetap belajar. Lantai paling atas adalah tempat aku belajar dan menghafal beberapa pelajaran yang perlu dihafal.

2.      Belajar mengatur waktu

Aku belajar mengatur waktu ya di pesantren. Di pesantren, mengatur waktu itu sangatlah mudah. Segala aktivitas dapat mudah diatur karena patokannya jelas. Kapan harus bangun, kapan harus mandi, jam berapa berangkat ke sekolah, dan jam berapa harus tidur. Tantangannya adalah jika ikut organisasi di sekolah, harus benar-benar pandai mengelola dan membagi waktu.

3.      Belajar bersosialisasi

Prinsip dalam aku bersosialisasi adalah berbuat baik kepada siapa pun, meskipun perbuatan baik tidak selalu dibalas dengan kebaikan pula. Tidak masalah. Itu bukan urusan aku. Urusan aku adalah berbuat baik. Selain itu, juga memberikan pertolongan kepada siapa pun yang membutuhkan pertolongan.


Hal yang paling berkesan saat di pesantren adalah sakit gejala tipes. Sakit gelaja tipes adalah sakit yang paling serius yang pernah aku alami. Gejala awalnya adalah demam tinggi dan nggliyeng saat berjalan. Syukurlah demam tingginya hanya 3 hari. Jika demam tinggi mencapai 5 hari maka kata dokter aku harus rawat inap. Dan aku tidak mau rawat inap. Akhirnya aku berusaha keras supaya demam segera mereda dengan makan makanan yang sehat dan rutin minum obat.


Demikian cerita singkat tentang awal mula masuk pesantren dan hal-hal yang aku dapat ketika di pesantren.

 


Minggu, 08 Oktober 2023

DESTINASI PERJALANAN KE LUAR NEGERI PERTAMA KALI “MADINAH DAN MAKKAH”

 PART 1: MADINAH

Syukur alhamdulillah impian yang aku pikir nyaris tidak mungkin ternyata dimungkinkan oleh Allah SWT. Tepat pada hari Kamis, 10 November 2022 sekitar jam 16.00 WIB salah satu pesawat dari maskapai Wings Group membawa kami terbang dari Bandara Internasional Soekarno Hatta-Jakarta menuju Bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz-Madinah. Alhamdulillah perjalanan sangat lancar. Niat ibadah senantiasa terjaga atas bimbingan ustadz.


Sekitar pukul 21.30 WS, pesawat kami mendarat di Bandara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz-Madinah. Angin malam kota Rasulullah menyambut kedatangan kami. Suasana yang sangat tenang dan penuh haru. Rasanya masih tidak menyangka kaki ini akhirnya bisa menginjak tanah suci. Aku pun tidak sanggup menahan air mata yang tak sabar menetes di pipi.


Setelah proses imigrasi selesai, kami dipandu untuk naik bus menuju penginapan. Jarak antara bandara dan penginapan tidak terlalu jauh. Dan ketika sampai di penginapan, aku lebih takjub lagi karena penginapan kami hanya berjarak beberapa meter dengan masjid Nabawi.


Sebelum kami melaksanakan sholat jama’ takhir maghrib dan isyak di halaman masjid Nabawi, kami dipersilakan untuk makan malam terlebih dahulu dan bersih-bersih di kamar masing-masing. Di Madinah, aku tidur sekamar ber-3 bersama teman-teman dari kantor.


Setelah sholat, muthowif mengantar kami berkeliling di kawasan masjid Nabawi. Untuk jamaah laki-laki, diajak berziarah ke makam Rasulullah. Sedangkan untuk jamaah Perempuan hanya bisa menyampaikan salam kepada Rasulullah dari kejauhan.


Masjid Nabawi tidak buka 24 jam. Pagi hari, Masjid Nabawi dibuka sekitar jam 2-an. Oleh karena itu, setelah berkeliling kawasan masjid Nabawi, aku kembali ke hotel untuk beristirahat.


Di Madinah dan Makkah, adzan di pagi hari dikumandangkan sebanyak 2 kali. Adzan pertama untuk panggilan qiyamul lail dan adzan kedua untuk panggilan sholat subuh. Adzan pertama dikumandangkan sekitar jam 04.00 WS. Dan pada jam tersebut, area tempat sholat Perempuan di dalam masjid Nabawi sudah penuh. Saranku, jika ingin mendapatkan shof Perempuan di dalam masjid maka harus berangkat maksimal jam 03.30 WS. Lewat dari jam tersebut, jangan pernah berharap bisa masuk ke dalam masjid. Subuh di Madinah saat itu sekitar jam 5-an. Setelah sholat subuh, hampir selalu dilaksanakan sholat jenazah secara berjamaah.  


Di dalam masjid Nabawi, tersedia air zam-zam. Ada yang dingin dan ada yang biasa. Jika ke masjid ga bawa tumbler, jangan khawatir. Disana sudah tersedia gelas sekali pakai. Nah, jika ingin membawa air zam-zam untuk dibawa ke penginapan, jangan lupa bawa tumbler dari Indonesia.  


Menjelang waktu dzuhur kami menuju masjid kembali untuk mengikuti sholat jumat. Dan momen itulah pertama kali aku mengikuti sholat jumat yang hanya 2 rakaat plus khutbah. Tidak dinyana setelah sholat jumat hujan pun turun. Para jamaah yang sholat di halaman masjid Nabawi bersorai penuh Syukur. Ternyata oh ternyata, itulah hujan yang pertama kali turun setelah musim panas dan sebagai penanda dimulainya musim dingin. Oleh karena sampai sore hujan belum berhenti, rencana untuk ziarah ke makam baqi pun ditunda. Akhirnya agenda kami di hari Jumat di Madinah adalah istirahat dan memperbanyak ibadah di masjid Nabawi.


Oh ya, untuk menu makanan di penginapan ternyata Indonesian food banget. Menu favorit aku selama di Madinah adalah nasi rames. Bahkan sampai sekarang masih kerasa banget nikmatnya, apalagi sambalnya. Yummyyyy.


Hari ketiga di Madinah, di pagi hari sekitar jam 08.00 WS kami mengunjungi masjid Quba, masjid yang pertama kali dibangun Nabi Muhammad saat sampai di Madinah. Kalau bisa, dari hotel sudah dalam keadaan punya wudlu supaya begitu sampai di masjid Quba langsung bisa sholat. Hal tersebut dianjurkan oleh Muthowwif kami.

Setelah dari masjid Quba kami bergegas ke kebon kurma. Sayangnya saat kesana kurmanya tidak sedang panen. Akhirnya kami hanya melihat pohonnya yang banyak. Di kebon kurma juga tersedia berbagai macam oleh-oleh, mulai dari beraneka ragam jenis kurma, coklat, dan oleh-oleh makanan khas tanah suci lainnya. Harganya pun bervariasi. Untuk pembayarannya tidak harus menggunakan mata uang real, mata uang rupiah pun diterima. Mereka menyebutnya “Uang Jokowi”, hehe


Setelah dari kebun kurma, kami menuju kawasan makam syuhada uhud. Sesampai di kawasan pemakaman, Muthowwif menceritakan tragedi uhud yang menewaskan salah satunya Paman Rasulullah. Tak lupa doa kami panjatkan untuk para syuhada uhud. Selanjutnya, kami kembali ke penginapan untuk persiapan sholat dzuhur di masjid Nabawi.

Sore hari, setelah sholat ashar kami mengunjungi masjid ghomamah. Kemudian kami berkumpul di halaman masjid Nabawi untuk persiapan umroh ke Makkah pada hari Minggu.


Malam terakhir di Madinah kami sibukkan dengan packing dan persiapan untuk umroh ke Makkah. Sehabis sholat dzuhur pada hari Minggu kami meninggalkan penginapan di Madinah dan menuju Masjid Bir Ali untuk mengambil miqot (niat berumroh).


Bismillah, insyaAllah suatu hari saya dan keluarga akan kembali ke tanah Madinah Munawwaroh ini. 

Notes: 

Cerita ini aku tulis supaya aku tidak lupa dengan perjalanan ke tanah suci yang sangat berkesan dan kalau lagi rindu tanah suci aku bisa baca lagi tulisan ini :)


Sabtu, 09 September 2023

PACKING PERSIAPAN UMROH

 


Beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan teman yang insyaAllah akan berangkat umroh di bulan September 2023 ini. Rasa rindu dan haru kembali hadir dalam ingatanku. Aku teringat begitu semangatnya aku menjelang keberangkatan ke tanah suci. Rasa dag dig dug dan takut terus menyelimuti. Perjalanan ke tanah suci adalah perjalanan pertamaku ke luar negeri. Perjalanan yang tidak pernah aku lupakan karena begitu indahnya cara Tuhan memampukan aku pergi kesana tahun 2022 lalu.

Secara singkat, aku pernah bercerita awal mula tiba-tiba aku memutuskan untuk umroh. Bisa disimak disini ya: Bismillah, Niat Ibadah Umroh ~ MARSA'S BLOG (maratulmuslimah91.blogspot.com).

Pada umumnya, perjalanan umroh memakan waktu 9 hari, termasuk pergi dan pulang. Untuk teman-teman yang berencana umroh, barangkali list perlengkapanku ini bisa jadi referensi yak. Hehe.

1.         Baju muslimah

Baju muslimah yang aku bawa terdiri dari 1 setel seragam umroh, 2 setel untuk umroh, dan 5 setel untuk ziarah dan ke masjid. Sebagai gambaran aja kalau di Makkah, warna baju kebanyakan hitam dan putih. Kalau di Madinah lebih berwarna warni bajunya. Pokoknya ga terawang dan mencolok aja. Hehe

2.         Mukena

Aku bawa mukena hanya 1 dan setelah dari sana aku berpikir harusnya bawa 2 mukena. Karena aku sering menghabiskan waktu di masjid dan ga bisa ga mewek kalau di masjid. Jadinya aku merasa mukenaku kotor kalau dipake 9 hari. Padahal insyaAllah ga najis. Hehe

3.         Sajadah

Bagi saya, sajadah adalah pembatas tempat sholat. Jadi tetap harus bawa sajadah meski disediakan karpet di masjid. Buat jaga-jaga kalau ga dapet tempat di dalam masjid dan harus sholat di halaman masjid.

4.         Al-Quran

Meskipun di masjid Nabawi maupun masjidil haram tersedia Al-Quran yang banyak banget, aku prefer membawa Al-Quran sendiri biar mudah ngasih tanda. Dan biar yang jalan-jalan ga hanya orangnya, tapi juga Al-Quran nya. Hehe

5.         Baju buat tidur

Aku bawa baju buat tidur hanya 2 pcs. 1 pcs dipake waktu di Madinah dan 1 pcs lagi dipake saat di Makkah.

6.         Toiletters

Pergi ke manapun aku prefer bawa toiletters sendiri. Apalagi di tanah suci yang sepertinya akan sulit menemukan pasta gigi. Hehe.

7.         Handuk

Meski di hotel disediakan handuk, aku tetap prefer bawa sendiri. Aku pake handuk hotel hanya di hari terakhir, baik itu di Madinah atau Makkah.

8.         Kaos kaki wudlu

Supaya aku mudah dan tidak ribet harus copot kaos kaki sebelum wudlu, aku bawa kaos kaki wudlu yang cukup ditarik ke atas sampai mata kaki. Aku bawa 3 pasang kaos kaki wudlu, tapi ternyata yang kepake hanya 2 pasang. Hehe

9.         Kaos kaki thowaf dan sa’i

Selain kaos kaki wudlu, aku juga bawa kaos kaki buat thowaf dan sa’i. Kaos kakinya pendek dan ada antiselip di bagian telapak kaki. Nyaman banget buat thowaf dan sa’i.

10.      Tumbler

Aku bawa 2 tumbler untuk refill air zam-zam, baik di Madinah maupun di Makkah. Tumbler ini buat ngisi air zam zam untuk dibawa ke hotel atau saat di perjalanan berziarah. 

11.      Payung

Aku bawa payung buat jaga-jaga kalau cuaca sangat panas saat perjalanan ziarah. Tapi ternyata bulan November sangat bersahabat. Cuacanya ga panas dan ga dingin. Cuaca yang mirip dengan di tanah air. Jadinya payung pun tidak terpakai. Tapi tidak ada salahnya jika mau bawa payung.

12.      Sandal

Selama di perjalanan dari tanah air ke Madinah aku lebih nyaman pake sepatu. Begitu juga saat perjalanan ziarah. Sedangkan untuk perjalanan dari hotel ke masjid dan sebaliknya aku lebih nyaman pake sandal. Tentunya tidak lupa untuk selalu bawa kresek buat wadah sandal saat di masjid.

13.      Uang cash

Uang cash real tetap harus bawa sebelum berangkat. Waktu itu aku tukar uangnya di BSI. Tapi juga bisa tukar uangnya di money changer. Ini ada rekomendasi money changer di Jakarta: Chandraprima Money Changer | Est. 1999. Aku hanya tukar uang Rp2 jt dari Indonesia. Dan aku yakin banget kalau ga beli aneh-aneh nominal tersebut cukup banget buat di tanah suci.

14.      Travel adaptor

Travel adaptor ini urgent banget untuk mengisi daya baterai handphone. Karena setting adaptor di tanah air berbeda dengan setting adaptor di tanah suci sehingga perlengkapan ini penting untuk dibawa.

Oh ya, di list perlengkapan di atas aku tidak menyebutkan power bank karena aku merasa ga perlu bawa. Jika mau bawa power bank gapapa bawa aja.

Yeay. Demikian sharingku tentang perlengkapan yang perlu dibawa saat umroh. InsyaAllah next aku sharing tentang perjalanan umroh bulan November lalu :)

Sabtu, 19 Agustus 2023

SPESIAL PERINGATAN 78 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

 


Bulan Agustus adalah hari kemerdekaan negeri ini. Untuk pertama kalinya setelah pandemi, akhirnya saya dapat mengikuti upacara bendera secara luring di kantor. Dan alhamdulillah saya berkesempatan berdiri di baris kedua. Posisi tersebut membuat saya lebih hikmat mengikuti jalannya upacara. Rasa haru, bahagia, dan bersyukur turut menyelimuti diri ini. Ketika bendera merah putih dikibarkan, tak terasa air mata saya menetes cukup deras. Melihat bendera merah putih yang perlahan dikibarkan, yang saya pikirkan adalah kehebatan para pejuang bangsa yang telah berhasil merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Mereka mengerahkan seluruh jiwa dan raganya serta bersatu padu supaya negeri ini merdeka. Tidak sedikit dari mereka yang kehilangkan orang tua atau sanak keluarga. Kemerdekaan Indonesia telah direbut dengan pertumpahan darah. Adilkah jika perjuangan merebut kemerdekaan saya anggap hanya sejarah belaka? Pantaskah jika kemerdekaan yang sekarang dinikmati hanya dianggap sebagai hadiah dari para pejuang? Apa yang bisa saya lakukan untuk tetap mempertahankan kemerdekaan negeri ini?. Itulah beberapa pertanyaan yang muncul untuk menjadi perenungan diri supaya saya tidak berhenti bergerak.

 

Pada saat penyampaian amanat inspektur upacara, Bapak Gubernur menyampaikan bahwa sebaik-baik hadiah proklamasi adalah bersyukur. Bersyukur berarti kita bekerja dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas dan peran Bank Indonesia sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

 

Amanat Bapak Gubernur tersebut sekaligus mengingatkan saya untuk menjadi seorang pegawai yang amanah dan bersungguh sungguh dalam mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan. Di Bank Indonesia, saya diberi tugas untuk menyusun peraturan. Dengan demikian, saya harus selalu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan supaya peraturan yang saya susun berdaya guna dan berhasil guna, baik untuk internal Bank Indonesia maupun pelaku industri yang berkaitan langsung dengan Bank Indonesia.

 

Sehari sebelum pelaksanaan upacara bendera, di siang hari waktu istirahat, saya mengikuti kajian muslimah bertemakan “Jiwa yang Merdeka”. Kajian tersebut disampaikan oleh Ustadzah Fathiyah Khotib. Beliau menyampaikan bahwa jiwa yang merdeka terbagi dalam 3 aspek, yaitu merdeka dalam hal aqidah, merdeka dalam hal syariat, dan merdeka dalam hal akhlak. Merdeka dalam hal aqidah berarti kita mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam. Kita senantiasa untuk terus meningkatkan keimanan dan menjaga kualitas iman kita kepada-Nya. Merdeka dalam hal syariat berarti kita melaksanakan rukun islam dengan penuh kesadaran dan melaksanakannya hanya karena Allah. Merdeka dalam hal akhlak berarti kita melakukan kebaikan baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi serta tidak diperbolehkan untuk menghakimi seseorang yang melakukan perbuatan buruk.

 

Sore hari setelah paginya upacara bendera, saya mengikuti kegiatan sholawat dan istighosah di masjid istiqlal Jakarta. Sebuah kegiatan hari Kamis malam Jumat yang rutin saya ikuti. Selain istighosah dan sholawat, acara tersebut juga dilengkapi dengan tausiyah oleh Bapak Prof. Nasarudin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal. Dalam tausiyahnya, Bapak Prof. juga mengingatkan kita tentang kemerdekaan negeri ini dan bersyukur atas kemerdekaan yang saat ini kita rasakan. Beliau menyampaikan bahwa beliau sangat bersyukur menjadi muslim dan juga bersyukur menjadi warga negara Indonesia. Di saat kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja, Indonesia justru menjadi negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Beliau juga berpesan untuk tidak mudah tersulut jika ada oknum yang membakar kitab suci Al-Quran. Karena sejarah membuktikan bahwa siapapun yang mencoba memerangi islam maka islam akan menjadi semakin kuat.

Peringatan 78 kemerdekaan RI tahun ini menjadi spesial dengan rangkaian mulai dari kajian muslimah-upacara bendera-sholawat dan istighosah. Kegiatan-kegiatan tersebut semakin menguatkan eksistensi saya sebagai warga negara, muslimah, dan pegawai. Sebagaimana yang pernah saya dengar dari Habib Husein bin Ja’far bahwa setiap kita layaknya tetesan dalam samudera. Setiap kita memiliki peran penting dalam suatu peradaban. Maka tugas kita adalah menjadi versi terbaik di setiap peran kita.


Sabtu, 05 Agustus 2023

RINDU BAPAK


 


Apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang sedang merindu? Sedangkan orang yang dirindu sudah tidak bisa lagi dipeluk atau diajak berkomunikasi. Yang pasti adalah mendoakannya. Namun, selain mendoakannya, perkenankan saya untuk menulis kenangan tentangnya.


Bapak. Bapak adalah cinta pertama anak-anak perempuannya. Tidak semua, tapi kebanyakan begitu. Dan mungkin saya adalah salah satunya. Meski Bapak memiliki watak yang keras, tapi hatinya super lembut. Bapak sangat tegas dalam urusan agama, terutama dalam urusan sholat dan membaca Al Quran. Begitulah cara Bapak memperkenalkan anak-anaknya dengan Tuhan Sang Pencipta. Sholat yang dimaksud bukan berarti hanya sekedar sholat dalam bentuk gerakan, tetapi juga segala sesuatu yang terkait dengan sholat. Diantaranya dalam urusan memilih mukena untuk sholat.

 

Saat SD, saya pernah protes mengapa saya selalu dibelikan mukena yang “terusan”, tidak mukena yang potongan. Teman-teman SD yang sebaya mereka hampir tidak ada yang memakai mukena terusan. Mukena terusan itu identik dengan Ibu-Ibu atau piyantun sepuh (orang-orang tua), pikir saya waktu itu. Padahal saya kan masih anak-anak, tidak mau seperti orang-orang tua. Protes itu saya sampaikan kepada Bapak saat kami sedang ke pasar untuk membeli mukena. Tidak lama kemudian setelah saya protes, Bapak pun menjawab “Mukena terusan itu lebih menutup aurat, Nduk”. Jawaban yang singkat, padat, dan dalam maknanya. Mendengar jawaban Bapak, saya pun langsung terdiam. Meski saya masih mencoba mencerna makna dari jawaban Bapak. Sampai pada akhirnya saya pun menemukan makna jawaban Bapak saat saya belajar ilmu agama di pesantren. Ternyata memang benar mukena terusan itu lebih menutup aurat, mengapa?. Karena jika ada angin kencang karena kipas angin atau angin alami, mukena terusan tidak akan berkibar-kibar. Selain itu, dalam sholat, menutup aurat berarti bahwa aurat tidak terlihat dari arah manapun, termasuk dari arah bawah. Misalnya saat gerakan ruku’. Ketika menggunakan mukena potongan, posisi ruku’ akan berpotensi terlihatnya aurat (leher) dari arah bawah. Pernah suatu ketika Ibu pengasuh pondok berpesan jika menggunakan mukena potongan, diupayakan menggunakan baju berlengan panjang. Hal tersebut beliau sampaikan tidak lain adalah untuk lebih menjaga aurat dalam sholat.

 

Dari apa yang diajarkan oleh Bapak dan ilmu yang diajarkan di pesantren, saya menjadi paham bahwa sholat itu tidak hanya sekedar gerakan. Di dalamnya mengadung ibadah yang tata caranya diatur dalam syariat, komunikasi, penghambaan, ketawadluk-an, rasa syukur, dan sebuah kebutuhan seorang hamba untuk senantiasa datang memenuhi panggilan dari Tuhannya.

 

Bapak adalah guru mengaji saya pertama kali. Bapak yang mendisiplinkan kami untuk membaca Al-Quran setiap ba’da maghrib. Tidak boleh ada kata absen untuk mengaji. Membaca Al-Quran itu mutlak. Bahkan ketika saya sudah bekerja, Bapak selalu berpesan untuk tidak lupa membaca Al-Quran. Beliau lah yang mengajarkan kami untuk tepat meletakkan huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrojnya.

 

Bapak sangat peduli dengan asal usul nasabnya. Oleh karenanya Bapak tidak pernah lupa berkirim doa untuk para leluhurnya, terutama di malam Jumat ba’da maghrib. Pernah suatu ketika saat saya masih SD kelas 1, selepas pembacaan tahlil ba’da maghrib, Bapak memutar badannya ke belakang, menghadap Ibu, saya, dan adek. Lantas beliau berkata “Nduk, Le, nanti kalau sudah besar harus bisa mendoakan Bapak Ibu kalau sudah meninggal. Jangan dikira orang-orang yang sudah meninggal mereka tidak tau mendapat kiriman doa dari siapa. Seperti Eyang Kakung mu yang tadi didoakan. Beliau tau siapa yang mendoakannya, meski kamu tidak pernah bertemu dengannya”. 


Kemanapun saya hendak pergi, baik sendiri atau bersama dengan teman-teman, Bapak selalu berpesan untuk memperbanyak membaca istighfar dan sholawat. Dua dzikir yang senantiasa menjadi penjaga dalam setiap keadaan dan mendatangkan banyak miracle dalam kehidupan.

 

Dear Bapak,

Saya tidak tau kehidupan seperti apa yang sedang Bapak hadapi di alam sana, saya senantiasa berdoa Bapak selalu dalam penjagaan-Nya, terang alam kuburnya, ditemani dengan para malaikat yang rupawan dan baik-baik, senantiasa dihidangkan makanan-makanan yang super lezat. Satu yang pasti bahwa Bapak senantiasa ada dalam al-fatihah kami. 


Jumat, 30 Juni 2023

#PART 3 -DAY 2 SINGAPURA DAN JOHOR BAHRU-

 

Hari kedua ku di Singapura diawali dengan sholat subuh berjamaah di masjid Abdul Gaffoor. Masjidnya tepat di depan penginapan Snooze Inn di Dunlop Street. Selain masjid Sultan, masjid Abdul Gaffoor adalah salah satu masjid yang ingin kukunjungi. Alhamdulillah bersyukur sekali akhirnya aku kesampaian bisa berkunjung kesana. Jika masjid Sultan berdiri pada abad ke-19, masjid Abdul Gaffoor berdiri pada awal abad ke-20.  

Destinasi hari kedua di Singapura tidak terlalu banyak karena kami harus moving ke Johor Bahru. Destinasi pertama kami adalah ke Haji Lane St.. Haji Lane St. merupakan sebuah kawasan ruko yang antik. Sayangnya pada saat kami kesana, sebagian besar tokonya masih tutup. Walhasil kami hanya mengabadikan momen sambil menyusuri Haji Lane St.

Setelah puas berfoto di kawasan Haji Lane St., kami melanjutkan langkah ke Arab St. dan mampir sebentar untuk membeli cindera mata di depan masjid Sultan. Terlihat matahari sudah lumayan terik, kami langsung menuju halte bus untuk menuju Fort Canning Park. Fort Channing Park merupakan destinasi alam yang sarat dengan sejarah khususnya perang dunia II. Luasnya sekitar 18 hektar. Terdapat tangga yang super tinggi untuk bisa berkeliling ke taman ini. Di taman ini, tak jarang kami melihat para warga lokal maupun turis yang berpiknik. Selain itu juga ada penjual kaki lima yang menyajika menu sarapan.

Setelah puas menyusuri Fort Channing Park, kami memutuskan untuk menuju destinasi akhir yaitu Orchard Library. Yang unik dari Orchard Libarary ini adalah tempatnya yang menyatu dengan mall. Perpustakaannya sangat rapih dan kondusif. Tempatnya sangat nyaman untuk menghabiskan hari. Buku-bukunya pun menarik. Sebagian buku-bukunya berbahasa Melayu, tetapi lebih banyak buku berbahasa Inggris.

Setelah dari Orchard Libarary, kami turun ke lantai dasar untuk membeli makan. Kami membeli makan di resto 4 FINGERS. Dan kami sangat merekomendasikan tempat makan ini kepada siapapun yang berkunjung ke Orchard Library. Harganya terjangkau dan rasanya sangat enak. Kasir dan pelayannya pun sangat baik dan ramah.

Dari Orchard, kami bergegas menuju Bugis untuk mengambil travel bag di JJH Hotel dan naik MRT kembali dari Bugis ke Marsiling. Jarak tempuh dari Bugis ke Marsiling kurang lebih 1 jam. Setelah turun di St. Marsiling kami menyeberang untuk naik bus 950 ke woodlands check point (WCP).


Di WCP ini kami sempat mengalami drama salah jalur. Yang harusnya kami mengambil jalur kereta, kami malah nyelonong ke jalur bus. Apalagi kami sampai di WCP sangat mepet dengan jadwal keberangkatan kereta. Kereta dari WCP ke JB Center Johor Bahru yang kami pesan yaitu berangkat jam 16.15 WS. Kami menargetkan sampai di stasiun ini 1 jam sebelum keberangkatan. Namun, kami baru turun dari terminal bus WCT sekitar jam 15.30 WS. Ditambah lagi spending time karena drama salah jalur. Kenyataan pahit pun akhirnya kami telan. Begitu sampai depan pintu stasiun, kami disambut dengan tulisan "Gate Closed". Namun, kami bersyukur karena kami masih bisa memesan tiket kereta di jam berikutnya, yaitu untuk keberangkatan jam 17.20 WS.

Hal yang bisa kami share dari drama salah jalur ini adalah yang pertama: begitu turun dari bus 950 di WCP, ambil lah jalur kereta yang belok ke kiri. Jangan ke kanan atau lurus. Awal dari kesalahan kami adalah kami panik mengikuti penumpang lainnya yang rame-rame menuju jalur bus karena mengejar waktu, tanpa melihat tanda petunjuk yang ada. Tapi jujur, aku pribadi merasa di WCP ini minim sekali petunjuk jalurnya. Yang kedua: tibalah maksimal 20 menit sebelum keberangkatan kereta. Karena ternyata di WCP ini ada 2 kali proses imigrasi. Imigrasi Singapura dan Malaysia.


Mengapa siy kami mati-matian buat naik kereta ke JB Center daripada naik bus? Itu karena kami mengefektifkan waktu. Menurut hasil pencarian kami, jarak tempuh antara naik bus dan naik kereta dari WCP ke JB Center lebih efektif naik kereta yang hanya 5 menit dengan harga 5 SGD daripada naik bus bus yang mencapai 5 jam dengan harga yang tentu lebih rendah dari naik kereta. Namun, jika ada teman yang sudah pernah naik bus dari WCP ke JB Center bisa sharing juga jarak tempuhnya berapa lama.


Kereta dari WCP ke JB Center ini Bernama KTMB. Kursinya lumayan empuk dan suhu di dalam kereta lumayan dingin. Kursinya tersusun dua-dua, layaknya kereta ekonomi premium atau eksekutif kalau di Indonesia. Oh ya, aku kira kereta KTMB ini sangat on time seperti kereta di Jawa, ternyata keretanya sempat terlambat 2 menit. Namun memang benar bahwa kereta ini hanya menempuh waktu 5 menit untuk sampai dengan JB Center Johor Bahru.

Hal pertama yang kami lakukan ketika sampai di JB Center adalah mengaktifkan wifi. Karena menyeberang lintas negara, wifi pun perlu loading. Dan loadingnya pun cukup lama. Sembari menunggu wifi terkoneksi kembali, kami berupaya mencari wifi gratis di mall JB Center. Destinasi kami di Johor Bahru yang pertama yaitu ke Masjid Sultan Abu Bakar untuk sholat jamak ta’khir Dzuhur-Ashar. Bersyukurnya jarak antara JB Center ke masjid tidak jauh dan naik grab hanya 6 MYR.


Masjid Sultan Abu Bakar Johor Bahru merupakan masjid milik Sultan Johor yang berdiri sekitar akhir abad ke-19. Masjid ini sangat cantik dengan perpaduan arsitektur Moor dan Melayu. Selain itu, masjid ini juga sangat ramah dengan travellers. Di masjid ini tersedia kamar mandi dengan perlengkapan mandi seperti sabun dan sampo wakaf. Salah satu hal yang aku perhatikan selama berkunjung ke masjid Sultan dan masjid Abdul Gaffoor di Singapura serta masjid Sultan Abu Bakar di Johor Bahru ini adalah adanya sandal khusus kamar mandi. Ini tidak lain adalah untuk menjaga kesucian dari kamar mandi ke tempat sholat. Kalau masjid di Indonesia, meski tidak tersedia sandal khusus kamar mandi, biasanya ada kobokan kaki antara akses keluar kamar mandi atau tempat wudlu ke tempat sholat. Namun, tidak semua masjid di Indonesia punya kobokan kaki. Jadi perlu dihati-hati sendiri menjaga kesucian antara kamar mandi ke tempat sholatnya.

For your information, para pengunjung masjid Sultan Abu Bakar tidak diperkenkan untuk mengambil foto selama di dalam masjid. Bolehnya di luar masjid. Meski demikian, keindahan bangunan masjid ini di luar tidak kalah dengan keindahan dalam masjid. Para pengurus masjid pun sangat ramah. Setiap sandal/sepatu para jamaah selalu dirapihkan oleh pengurus masjid sehingga memudahkan para jamaah saat keluar dari masjid.


Tak terasa, kami keluar dari masjid Sultan Abu Bakar hampir menjelang maghrib. Selanjutnya, kami mencari resto untuk makan malam sebelum menuju bandara Senai. Karena pesawat kami akan take off sekitar jam 23.00 WM, kami menargetkan berangkat ke bandara dari resto sekitar jam 19.45 WM. Kami tiba di Bandara Senai sekitar jam 20.20 WM dengan biaya grab 28 RM.


Alhamdulillah waktu berlibur telah usai. Meski hanya 2 hari, banyak hal yang telah kami lewati dan juga tentunya banyak sekali pelajaran dari perjalanan ini. Tidak terlupakan dan sangat berkesan.


Sekian sharing aku backpacker selama weekend ke Singapura-Johor Bahru. Semoga ada manfaatnyaa…..