Saat ini adalah momen dimana aku sedang menyediakan ladang seluas-luasnya untuk bersiap menerima segala kemungkinan yang terjadi tentang masa depanku, khususnya sesuatu yang tidak sesuai dengan harapanku. Masa depanku salah satunya adalah tentang jodoh pasangan hidup yang saat ini sedang terus kuikhtiyarkan.
Setiap orang yang masih single, termasuk aku, sangat berharap untuk segera dipertemukan jodohnya. Namun, jika Sang Maha Berkehendak belum mempertemukan dua insan yang berjodoh, lantas mau dikata apa. Cara menyikapinya yaitu dengan terus berpikir positif dan berprasangka baik kepada Allah serta terus mengoptimalkan ikhtiyar yang bisa dilakukan.
Salah satu hal yang aku syukuri saat ini adalah hidup di lingkungan tempat tinggal alias kos dan lingkungan kerja yang kondusif. Di lingkungan kerja, ketua timku selalu memberiku semangat untuk terus berikhtiyar dengan jalan yang disediakan-Nya, misalnya dengan bersilaturahim dan terus mengembangkan diri serta fokus menggapai impian. Ketika harapanku perlahan melandai, ketika rasa sedih sudah mulai sulit kusembunyikan, aku mendengar sebuah pernyataan dari beliau yang membuatku kembali bangkit dan optimis. Beliau berkata “Saya belajar untuk terus bahagia dari Mb Ima lo. Mb Ima selalu berpikir positif”. Setelah beliau menyatakan demikian, lantas aku merenung dan sejenak aku terdiam dan berkata pada diriku sendiri bahwa ini mungkin cara Allah supaya aku terus semangat dan bahagia. Beberapa saat setelah Ketua Timku menyelesaikan pernyataannya, aku pun spontan menanggapi kemudian berkata “Iya, Bu. Terima kasih. Memang sebetulnya tidak ada alasan untuk kita tidak bahagia ya, Bu.”
Okay, kita semua musti menanamkan prinsip “TIDAK ADA ALASAN UNTUK KITA TIDAK BAHAGIA. Mengapa?
1. Rahmat Allah yang tak terhingga
Terkadang saking larutnya dengan kesedihan atau kekecewaan, kita menjadi sulit untuk berpikir secara jernih. Kita lupa bahwa kita mempunyai keluarga yang sangat menyayangi kita, teman rantau yang selalu ada untuk kita, tim kerja yang solid, pekerjaan yang sesuai passion, lingkungan dan budaya kerja yang kondusif, tempat rantau yang nyaman bak rumah sendiri, dan masih banyak kenikmatan lainnya yang sangat pantas untuk kita syukuri. Ketika sedih atau kecewa, mengingat kenikmatan kenikmatan Allah itulah yang mungkin bisa menjadi penawarnya. Jangan sampai kita terlalu larut dengan kesedihan atau kekecewaan yang berkepanjangan sehingga kita seolah menjadi orang yang paling menderita di dunia ini.
Banyak hal yang patut kita syukuri, termasuk hal yang menyebabkan kita sedih atau kecewa itu sendiri. Kesedihan maupun kekecewaan yang datang menghampiri diri kita bisa jadi malah menjadi sebuah karunia yang agung. Mengapa? Karena dengan kesedihan kita punya pilihan untuk menjadi seseorang yang lebih kuat dan lebih sabar lagi ke depannya. Dengan kekecewaan kita menjadi sadar bahwa hanya Allah lah sebaik-baik tempat berharap dan bersandar.
2. Kesempatan untuk hidup
Pada saat bangun tidur, kita dianjurkan untuk berdoa “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami dan kepada-Nyalah kami dikembalikan.” Jika setiap bangun doa tersebut kita baca dan kita pahami maka kita akan merasakan bahwa hidup itu adalah sebuah kesempatan. Andai saja nyawa kita pada saat tidur tidak dikembalikan Allah pada jasad kita, berakhirlah hidup kita di dunia ini.
Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan selama hidup. Semuanya tergantung pada jalan hidup yang kita pilih. Namun demikian, kita perlu memastikan terlebih dulu tujuan hidup kita di dunia ini. Dengan bekal iman dan islam, tentunya tujuan hidup kita lebih terarah dan lebih terberkati. Sedih dan bahagia jika diimani maka akan mampu membentuk sebuah hubungan romantis antara seorang hamba dengan Tuhannya. Seorang ilmuwan menyatakan bahwa bumi itu bulat. Dengan demikian, selalu ada sisi bumi yang terkena sinar matahari dan sisi yang gelap tidak terkena sinar matahari. Begitu pula dengan hidup. Tidak selamanya hidup seseorang dianugerahi kebahagiaan, adakalanya cinta Allah kepada hamba-Nya diberikan dalam bentuk ujian berupa kesedihan dan kekecewaan. Semua tergantung bagaimana kita mensyukurinya dan bersikap sabar terhadapnya. Yang pasti, tidak ada alasan untuk kita tidak bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar