Minggu, 11 Juli 2021

Menemukan Kebahagiaan Dalam Diri

 

Ada seseorang yang selalu berpesan kepadaku “Jangan lupa bahagia”. Pesan tersebut tidak hanya sekali atau dua kali disampaikan kepadaku sehingga membuat diriku terus berupaya untuk mencari sumber kebahagiaan. 


Salah seorang pimpinan di kantor ku pernah menyampaikan bahwa bahagia itu diproduksi terlebih dahulu baru kemudian dikonsumsi. Dan bersyukur adalah salah satu cara memproduksi rasa bahagia. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, bersyukur berarti berterima kasih. Dalam istilah agama, sebagaimana dilansir dari https://dppai.uii.ac.id/sudahkah-kita-bersyukur/, Ibnul Qoyyim menjabarkan bahwa syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. 

 

Mengekspresikan rasa syukur mempunyai beragam cara. Misalnya sebagai hamba, kita mengoptimalkan potensi yang telah Allah karuniakan dan menjaga fisik serta batin kita untuk beribadah kepada-Nya. Sebagai anak, kita bersyukur dengan cara berbakti kepada Ibu dan Bapak. Sebagai kakak, kita memberikan teladan yang baik untuk adik adik dan senantiasa menyayangi mereka. Sebagai murid/mahasiswa, kita memperhatikan guru saat proses belajar mengajar berlangsung dan taat pada peraturan yang ada di sekolah atau kampus. Sebagai karyawan/pegawai, kita bekerja dengan sungguh sungguh dan menjaga amanah yang diberikan oleh pimpinan. Sebagai teman, kita saling menyayangi dan menghormati satu sama lain. 

 

Dalam hidup, banyak sekali hal yang bisa disyukuri sehingga membuat kita bahagia. Bersyukur tidak hanya untuk sebuah nikmat, tetapi juga ujian. Bersyukur atas nikmat tentu sangatlah mudah, tetapi tidak cukup mudah untuk bersyukur pada ujian. 

 

Bersyukur pada ujian. Aku teringat momen saat aku gagal masuk ke perguruan tinggi negeri impian. Berulang kali mencoba tetapi harapan tak kunjung tercapai. Tiada hari tanpa menangis dan terus mempertanyakan kenapa diriku selalu gagal. Meski dalam keadaan rapuh, aku terus memperkuat keyakinan ku pada Tuhan dengan berbagai ibadah. Pada akhirnya, dengan pertimbangan yang matang aku memutuskan untuk bersabar selama 1 tahun menunda kuliah demi mendapatkan kampus impian.  Dan dalam waktu kurang dari 1 tahun, aku dinyatakan lulus dalam sebuah tes masuk perguruan tinggi di 2 kampus sekaligus. Bahagiaku tak terbendung. Bahkan rasa bahagia itu sampai sekarang masih terus membekas. Allah begitu rahmah memberikan waktu terbaik-Nya untukku bisa kuliah di salah satu kampus terbaik di negeri ini. Dan aku bersyukur atas ujian berupa kegagalan saat itu. Tanpa ujian, bisa jadi aku tidak setegar saat ini dalam menghadapi cobaan hidup. 

 

Berbahagia untuk membahagiakan orang lain. Ada seorang teman yang melihat diriku sebagai orang yang selalu ceria dan enerjik. Seolah tidak pernah ada air mata yang menetes dari pelupuk mataku. Oh… tentunya itu salah besar. Mereka tak tau kalau aku sebenarnya super cengeng. Hehe. Aku beryukur mereka bisa melihatku selalu ceria. Dan aku juga ingin mereka sepertiku. Bersyukur atas segala yang terjadi dalam hidup, susah, senang, ujian, musibah, kekecewaan, kegagalan, dikhianati. 

 

Bahagia itu sederhana. Ga perlu rumit dan mahal. Seperti halnya sarapan dengan tahu tempe plus sambal bawang serta dimakan bareng bareng di satu tempat. Alangkah nikmat dan bahagianya. Dapet kenyangnya plus juga dapet kebersamaannya.

 

Kebahagiaan itu ada pada hati yang bersyukur. Ya. Kuncinya adalah syukur. Dengan syukur, kita bisa melalui ujian dengan tenang, mengoptimalkan nikmat yang dikaruniakan oleh-Nya dengan penuh kesadaran, dan membuat orang di sekeliling kita turut berbahagia. 

 

 

   

0 komentar:

Posting Komentar