Pada hari Selasa, 2 Ramadhan 1440 H, sekitar pukul 12.50 WIB di RSUD Kertosono-Nganjuk, telah berpulang ke Rahmatullah seorang lelaki pencari nafkah tunggal di keluarga kecil kami. Tepat selama seminggu beliau terbaring lemah di rumah sakit, mulai dari beliau masih sadar sampai beliau tak sadarkan diri. Ajal yang menjadi rahasia-Nya kini menjadi nyata di hadapan mata. Bapak telah dipanggil oleh Sang Pencipta, untuk selamanya. Raganya sudah tidak bisa kami peluk lagi, pesan kasih sayangnya sudah tidak bisa kami dengar lagi, dan masakannya sudah tidak bisa kami rasakan lagi.
Setelah dokter menyatakan Bapak kami tiada, kami bersegera untuk mengurus administrasi rumah sakit termasuk pemesanan ambulans, berkabar ke tetangga dan sanak saudara terdekat, serta beberes perlengkapan selama kami menginap di rumah sakit. Sesaat setelah jenazah tiba di rumah, para tetangga berbondong bondong datang bertakziah memberikan penghormatan terakhir untuk Bapak. Meja dan kursi di ruang tamu dalam sekejap dikosongkan untuk tempat menyolatkan jenazah.
Tempat untuk memandikan jenazah segera dipersiapkan, tak lupa urusan penggalian kubur segera dibereskan. Serta urusan waktu dan tempat pemakaman telah tuntas dikomunikasikan dengan para tokoh desa. Salah seorang tetangga memberikan isyarat bahwa jenazah siap dimandikan. Tak lama kemudian, adik keduaku dan dibantu oleh 2 orang lainnya mengangkat jenazah Bapak dan memangkunya. Aku dan kedua adik perempuanku dipersilakan ikut serta memandikan jenazah Bapak untuk pertama dan terakhir kalinya, dengan dipandu oleh salah seorang tokoh desa.
Saat memandikan Bapak, pikiranku langsung tertuju pada saat aku masih TK dan SD kelas 1. Bapaklah yang sering sekali memandikan aku karena Ibuku sibuk mengurus adik ku yang baru lahir. Hal yang paling aku sukai saat dimandikan Bapak adalah ketika aku diajari cara menggosok badan dan bagian badan yang perlu digosok. Setelah mandi, badan ku dililit oleh handuk kemudian aku digendong dan diterbang terbangkan. Rasanya bahagia sekali jika mengingat masa masa kecil saat itu. Dan sekarang, gantian aku yang memandikan Bapak. Tidak hanya aku, tetapi juga ketiga putra putrinya Bapak. Aarrghhh Bapak. Aku yakin Bapak bahagia karena dimandikan oleh putra putrinya.
Aku memandikan bagian badan sebelah atas seperti kepala, telinga, tangan, sedangkan kedua adik perempuanku memandikan bagian badan sebelah bawah. Bekas infus baik di tangan dan di kaki tak lupa kami bersihkan, kotoran pada kuku kami keluarkan, dan semua kotoran yang dapat menghalangi sampainya air wudlu ke bagian badan yang wajib dibasuh kami upayakan telah kami bersihkan.
Ini adalah kali pertama aku memandikan jenazah dan jenazah yang pertama aku mandikan adalah jenazah Bapak. Di balik kepedihanku, aku bahagia dan bersyukur karena kami, keempat putranya, dapat berkumpul untuk memandikan, mensholatkan, dan mengantar Bapak ke peristirahatan terakhirnya. Aku yakin bahwa tidak semua anak diberikan kesempatan untuk bisa melakukan serangkaian pengurusan jenazah saat salah seorang Bapak atau Ibunya tiada. Dan kesempatan ini adalah bukti bahwa Allah sangat menyayangi kami dan juga kedua orang tua kami.
0 komentar:
Posting Komentar