Jumat, 26 Maret 2021

KEGAGALAN

Kegagalan kali ini bukan untuk pertama kalinya dalam hidupku. Sebelumnya aku sudah pernah gagal yaitu saat mendaftar perguruan tinggi negeri yang kuinginkan, selain itu juga pernah gagal saat mengikuti tahapan tes masuk kerja. Karena bukan kegagalan kali pertama, aku merasa lebih kuat menghadapi kegagalan. 


Tidak bisa dinafikan bahwa kegagalan itu hal yang menyakitkan, bak tersungkur, lunglai, dan tak berdaya. Di saat hati remuk serta pikiran tak mampu menghadirkan energi optimis, mampu berkata “Allah” saja bagiku sudah cukup. Selebihnya, tentu jiwa butuh recovery


Takut untuk melangkah adalah awal dari kegagalan dan kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Jadi, jangan pernah berharap untuk mencapai keberhasilan jika diri kita sudah takut untuk melangkah.  


Kegagalan pasti menyisakan kesedihan atau bahkan traumatis. Namun, kita tak boleh terus menerus hanyut dalam kesedihan. Segera putuskan untuk bangkit, meskipun harus perlahan. Bahkan dengan merangkak sekalipun. Pelan pelan saja, jangan terburu buru. Nikmati saja prosesnya. Aku yakin setelah itu kamu akan menjadi pribadi yang lebih kuat dan tahan banting. 


Porsi manusia adalah berikhtiyar, hasilnya serahkan pada Allah. Jika prinsip tersebut dipahami secara benar, manusia tidak akan sampai berlarut larut dalam kesedihan manakala ditempa kegagalan. 


Allah adalah pemilik alam semesta beserta semua isinya. Ingin sekolah di salah satu sekolah terbaik di dalam negeri atau luar negeri, ingin bekerja di perusahaan atau instansi bergengsi, ingin jodoh yang baik hati, semua itu bisa didapat dengan meminta pada Sang Maha Pemilik. Namun, dalam perjalanannya tidak semua apa yang kita inginkan tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan. Karena Allah lebih tau apa yang kita butuhkan. Bisa jadi apa yang kita inginkan sebenarnya adalah sesuatu yang bukan kita butuhkan. Oleh karena itu, terus pahami prinsip bahwa porsi manusia hanya ikhtiyar. Berikhtiyarlah sebaik mungkin yang bisa dilakukan. Do the best. Aku yakin ketika kita sudah melakukan ikhtiyar sebaik mungkin untuk sebuah tujuan tertentu, jika hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan maka hasil tersebut adalah hasil yang lebih baik, yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. 


Aku sering bertanya kapan Allah mengabulkan keinginanku?. Aku menyadari ini adalah tentang waktu. Waktu memiliki peran tersendiri dalam memutuskan sebuah peristiwa. Waktu tidak hanya tentang cepat ataupun lambat. Waktu juga tidak hanya tentang ukuran banyak ataupun sedikit. Di dalamnya, Allah telah berjanji “Demi Waktu”. 


Sebagai manusia, tentu sangatlah wajar kita menanyakan kapan doa atau keinginan kita akan dikabulkan. Karena Allah sendiri yang memerintahkan kita untuk berdoa dan Allah pun berjanji akan mengabulkannya. Namun, kita juga tentu harus ketahui bahwa Allah itu Maha Sayang kepada hamba-Nya. Tidak mungkin kita akan dikasih apa yang kita minta kalau kita belum siap menerimanya. Di waktu sambil kita menanti doa atau keinginan terkabul, disana ada sebuah kesempatan bagi kita untuk mempersiapkan segala sesuatunya sehingga ketika harapan kita terwujud kita telah dalam keadaan yang siap. 


Allah ingin kita kembali kepada-Nya. Kita itu bukan siapa siapa tanpa Allah. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita semuanya sudah ada dalam pengaturan-Nya. Kegagalan adalah momen dimana Allah masih ingin kita berlama lama berduaan dengan-Nya. Juga sebuah momen dimana Allah masih merindukan rintihan doa doa kita di waktu mustajabah. Meskipun tanpa ketaatan kita sekalipun, Allah tetap Maha Kuasa, Maha Segalanya. Namun, menjadi hamba pilihan bukankah menjadi keromantisan tersendiri diantara hubungan seorang hamba dengan Tuhannya?.

0 komentar:

Posting Komentar