Jumat sore aku menghubungi adekku yang sedang menunggu tanggal sidang skripsi di Semarang. Yeah. Si adik ku ini sedang menyelesaikan study nya di Universitas Diponegoro. Beberapa waktu lalu, melalui grup keluarga dia mengabarkan bahwa dia telah mendaftar ujian skripsi. Selanjutnya pihak kampus akan menghubunginya terkait pelaksanaan waktu dan penguji sidang skripsi.
Segala sesuatu yang belum pasti tentu membawa gundah dalam diri. Kepengennya wisuda Mei, tapi pendaftaran wisuda terakhir awal April sedangkan minggu ini belum ada kepastian waktu ujian skripsi. Dan begitulah ketika waktu sedang melaksanakan perannya. Kita?. Hanya seorang hamba yang sebatas berencana dan Tuhan yang memutuskan.
Well. Poin penting di Jumat malam yang aku tanyakan kepada Adik adalah apa rencana setelah lulus kuliah?. Sebelum dia menjawab dia pun menyatakan untuk tidak menikah sebelum mbak nya ini menikah. Wkwkwk. Okelah I see. Sebenarnya aku kepengen bilang kalau misal nantinya Allah mempertemukan jodohnya adik duluan terus aku bisa apa?. Etapi cukup di batin aja ngomongnya karena aku sendiri pun berniat menyegerakan diri untuk menikah.
Masa depan itu misteri. Meski menjadi misteri, masa depan harus diperjuangkan. Dan kita harus lebih dekat mengenal waktu. Dulunya, aku tidak pernah terfikir untuk menjadi aku yang sekarang. Aku sempat bertanya kepada Bapak waktu kuliah semester akhir, Bapak ingin aku jadi apa?. Dan Bapak pun tak bisa menjawab. Dan sikap Bapak waktu itu aku sadari ketika aku menjalani masa depanku.
Back to adik. Sama sepertiku setelah lulus ingin bekerja. Adik ku pun begitu. Kerja apa dan dimana?. Memang belum terpikir siy mau kerja apa dan dimana. Tapi yang jelas adalah pekerjaan itu miliknya Allah. Jadi, ya minta semuanya ke Allah. Dengan cara apa? Salah satunya adalah memenuhi panggilannya tepat waktu. Sholat tepat waktu. Nah! Ini jawabannya.
Aku pun bercerita dulu waktu aku menjadi job seeker. Keyakinan bahwa Allah Maha Pemilik segalanya terus aku tanamkan dalam pikiran dan jiwa. Sampai di bulan September, aku sama sekali belum menerima balasan dari surat lamaran yang udah aku sebar. Tapi aku tak segan pasang target pokoknya tahun 2014 aku harus dapat pekerjaan. Meskipun mulai kerjanya di Desember sekalipun, atau bahkan mulai kerjanya di akhir bulan Desember pun tak apa. Yang penting 2014 aku udah dapet pekerjaan. Secara logika rasanya itu tak mungkin karena tahun 2014 tersisa hanya 4 bulan. Sedangkan proses rekrutmen rata-rata membutuhkan waktu 6 bulan. But, nothing is imposible by Allah. Dan aku membuktikannya. Dengan keyakinan yang kuat pada Allah, tepat waktu dalam memenuhi panggilan-Nya, dan terus berupaya semampu apa yang bisa lakukan, ternyata Allah benar-benar menunjukkan kuasa-Nya. Tidak cukup sampai situ, bahkan pekerjaan yang kudapatkan saat itu adalah pekerjaan yang sangat sesuai dengan keilmuan yang aku dapatkan saat kuliah.
Harus benar menata niat. Landasan dari apapun yang kita lakukan semua berasal dari niat. Niat yang akan menentukan apa yang akan kita dapatkan di kemudian hari. Aku pun membuat taglines dalam bekerja. Bekerja adalah Ibadah. Bekerja adalah Belajar. Bekerja adalah Berkarya.
Bekerja adalah Ibadah. Ini sudah menjadi kewajiban juga siy. Tuhan sudah ngasih kita banyak sekali bekal/amunisi untuk kita manfaatkan dan hasilnya pun juga harus kita kembalikan kepada-Nya. Tugas seorang hamba hanya memanfaatkan yang udah dikasih sama Tuhannya untuk kemaslahatan ciptaan-Nya.
Bekerja adalah belajar. Aku selalu menganggap bahwa tempatku bekerja adalah sekolah. Sekolah yang punya banyak cabang keilmuan. Seperti bagaimana kita mencari tau bahan untuk mengerjakan tugas pekerjaan yang diamanahkan kepada kita. Atau bagaimana cara kita berkomunikasi dengan berbagai karakter orang, ada yang tempramen, ada yang dikit dikit suka apresiasi, ada yang receh waktu diskusi, dsb. Semuanya butuh dipelajari supaya kita bisa survive dan enjoy menjalani pekerjaan kita.
Bekerja adalah berkarya. Berkarya untuk menghasilkan karya. Nantinya, jika suatu hari kita sudah tidak lagi bekerja di tempat tsb dan hasil karya kita masih terus dipake, bukankah karya kita itu seperti amal jariyah yang pahalanya terus mengalir kepada kita.
Masa depan itu harus kita rencanakan meski kita pun tidak tau apakah beberapa detik atau menit atau 1 jam kemudian kita masih diberikan kesempatan untuk hidup oleh Tuhan. Jadi, yang ingin aku sampaikan disini adalah tetaplah bangun impian masa depan, tetaplah berjalan menuju masa depan, fokus meraihnya, dan tetap fokus pada tugas seorang hamba untuk terus mengabdikan diri pada Tuhannya.
0 komentar:
Posting Komentar