Kamis, 17 Agustus 2017

Jangan Takut Bermimpi

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokah 
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah. Segala puji syukurku kepada Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan taufiq-Nya kepada saya dan khususnya kepada keluarga saya. Sholawat serta salam semoga senantiasa kita lantunkan kepada Nabiyullah Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin sharing tentang bagaimana pandangan saya tentang impian dan dalam meraihnya. Semuanya tidak terlepas dari apa yang telah saya alami dan jalani selama ini.
Teman, sudah kah kalian mempunyai impian/cita-cita dalam hidup di dunia ini? Jika belum, segera mulailah bermimpi. Jangan pernah takut gagal. Karena Allah telah memberikan bekal yang sangat cukup untuk kita dapat meraih apa pun yang kita cita-citakan.
Dulu, saya adalah orang yang takut bermimpi karena setiap mimpi mempunyai risiko gagal. Dan saya sangat takut dengan kegagalan. Dalam kehidupan akademik, mulai dari SD, SMP, dan SMA Alhamdulillah Allah memberikan banyak kemudahan dalam meraih apa yang menjadi impian saya. Tapi tidak saat saya memasuki perguruan tinggi. Sampai pada akhirnya Allah benar-benar mengujiku dengan kegagalan yang dahsyat. Kegagalan yang membuat saya benar-benar hampir merasa putus asa. Bersyukur Allah menganugerahkan kepada saya orang tua dan keluarga yang begitu menyayangi saya sehingga sedikit demi sedikit saya bisa bangkit dari kegagalan tersebut. Dan kegagalan tersebut menjadi titik balik pandangan saya tentang makna kegagalan yang sesungguhnya.
Kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada sama sekali bukan impian saya. Namun, itu pernyataan waktu awal-awal kuliah. Tidak untuk sekarang. Saya menyadari bahwa saya adalah seorang hamba dan Allah berada di atas saya, bukan di bawah saya sehingga saya tidak bisa mendekte Allah. Kita sebagai hamba-Nya hanya bisa mengusahakan yang terbaik atas impian/cita-cita yang kita harapkan. Hasil akhir adalah hak prerogatif Allah.
Saat pengumuman UM UGM, cukup sulit bagi saya menerima keputusan bahwa saya diterima sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum UGM. Saya tidak yakin bisa menjalani perkuliahan tersebut dengan baik. Saya juga hampir lupa dengan janji Allah bahwa Dia tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Bersyukur (lagi) saya mempunyai orang tua yang bisa meyakinkan keputusan dari Allah ini mengingat perjuangan saya untuk mengikuti UM UGM membutuhkan waktu yang tidak singkat dan telah banyak biaya, tenaga dan waktu yang terkorbankan. Keyakinan saya adalah ini yang terbaik dari Allah, meski bukan merupakan bagian dari impian saya.
Sampai pada penghujung perkuliahan, tantangan baru muncul. Yakni mau kemana setelah lulus? Melanjutkan S2? atau menikah? atau kerja.
Sebenarnya ada keinginan untuk melanjutkan S2, tetapi keinginan ini sedikit saya hiraukan karena saya berposisi sebagai anak pertama dan saya masih mempunyai 3 adik yang masih membutuhkan biaya besar untuk pendidikannya.
Menikah. Meski beberapa teman mengira saya adalah salah satu tipe perempuan yang menyegerakan menikah di usia muda, tapi ternyata perkiraan itu sangat tidak sesuai dengan prinsip saya. Salah satu alasannya adalah orang tua dan ketiga adik saya. Terutama kedua adik saya yang masih kecil dan masih membutuhkan banyak asupan pengalaman hidup. Meski saat menikah bisa menjalankan peran sebagai kakak, tapi bagi saya itu akan berbeda.
Dan satu-satunya pilihan yang paling relevan bagi saya setelah lulus kuliah adalah bekerja. Selain bisa mengamalkan ilmu yang saya dapat di bangku perkuliahan, saya juga mendapat penghasilan. Dan penghasilan tersebut bisa saya gunakan untuk membantu perekonimian orang tua saya.
Meski belum tau ingin bekerja dimana dan di bidang apa, impian saya simpel waktu itu. Tahun 2014 saya harus mendapat pekerjaan. Terserah Allah mau menempatkan saya dimana. Usaha demi usaha saya jalani. Bahkan saat menjalani tes di luar kota pun, meski saya ragu akan diterima, saya tempuh juga. Saya hanya tidak ingin dibilang sebagai pengecut. Meskipun pada akhirnya gagal, minimal saya telah menggugurkan kewajiban saya sebagai seseorang yang bermimpi.
Setiap kegagalan pasti menyisakan kesedihan. Itu pasti dan tidak ada yang bisa memungkiri. Namun, itu manusiawi. Tugas selanjutnya adalah bagaimana kita bangkit dari kegagalan tersebut. Gairah untuk bangkit inilah yang dulu tidak saya miliki saat kegagalan dahsyat itu menimpa saya. Namun, kini telah berubah.
Dalam fase ini, saya sudah mulai mempunyai gairah untuk bangkit. Saya yakin bahwa hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Dan saya terus meminta kepada Allah diberikan pekerjaan pada tahun 2014 disamping saya juga berusaha.
Last minutes. Sedikit risau karena sampai dengan bulan kesepuluh di tahun 2014 belum ada kelanjutan dari proses rekrutmen yang saya ikuti. Sebagian diantaranya telah gugur dan sedikit diantaranya baru saya mulai untuk memasukkan berkas-berkas lamaran. Meski demikian, impianku untuk mendapatkan pekerjaan pada tahun 2014 tidak padam. Saya yakin ada kekuatan yang luar biasa yang tidak saya miliki, yakni kebesaran Allah. Saya menanamkan dalam diri saya bahwa jika kita menginginkan sesuatu, maka pantaskan kita untuk mendapat sesuatu tersebut dan buatlah Allah percaya bahwa kita pantas mendapatkannya.
Upayaku adalah terus mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah mahdhah dan ibadah lainnya serta berusaha bersikap professional terhadap peran yang saat itu saya jalani. Kebetulan saat itu sembari menjadi job seeker saya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan di pesantren, serta mengajar anak-anak di TPA dan memberikan les pelajaran kepada mereka.
Dan benar. Allah tak pernah mengingkari janji-Nya. “Berdoalah kepadaKu, maka akan Aku perkenankan bagimu”.
Tepat pada tanggal 1 Desember 2014 Allah memberikan pekerjaan kepada saya di tempat yang insyaAllah juga terbaik untuk saya, dengan proses yang dibilang cukup singkat. Tidak ada niatan lain dalam pekerjaan pertama saya ini selain saya ingin mengamalkan ilmu, disamping juga mendapatkan penghasilan.
Apakah setelah mendapat pekerjaan lantas saya berhenti bermimpi? Tentu saja tidak. Setelah mengalami beberapa hal dalam perjalanan hidup (jatuh, bangun, suka, duka) tak terasa saya menjadi pecandu mimpi. Saya mulai membuat list impian meski belum semua tertuang dalam tulisan. Saya meyakini bahwa jika saya mau mengejar impian-impian itu, maka saya pasti tidak sendiri. Selalu ada Allah yang membersamai saya. Dan saya telah membuktikan apa yang disampaikan oleh kakak angkatan saya semasa kuliah bahwa sukses itu bukan masalah MAMPU, tapi MAU. Pernyataan inilah yang sampai sekarang saya ingat dan selalu saya sampaikan kepada adik-adik saya supaya mereka tidak berkecil hati dengan kemampuan mereka.
Teman, sungguh luar biasa nikmat yang Allah berikan kepada kita. Mari kita bersama-sama mengoptimlkan kemampuan yang Allah berikan kepada kita. Bermimpilah, jangan takut gagal, teruslah mengejar impianmu. Jika sampai dengan akhir tujuan mimpimu kamu tidak mendapat seperti apa yang engkau impikan, maka jangan khawatir dan bersedih. Sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita.
Satu hal yang selalu saya ingat, yang membuat saya tidak takut bermimpi adalah kalimat “Bermimpilah setinggi mungkin, jika engkau tidak mendapatkan yang paling tinggi maka kamu akan mendapatkan sedikit yang berada di bawahnya”. Maka saya sangat tidak sepakat dengan pernyataan “Jangan bermimpi terlalu tinggi nanti kalau jatuh akan sakit”. Memang yang ‘terlalu’ itu tidak baik, tetapi mempunyai impian/cita-cita yang tinggi itu keharusan.
Masih banyak episode-episode kehidupan yang saya skenariokan di masa mendatang. Meski kepastian umur masih bersifat rahasia, tetapi itu tidak pernah menyurutkan saya untuk senantiasa melahirkan impian/cita-cita. Yang jelas, saat ini saya sedang dalam kondisi berjuang untuk menggapai impian saya selanjutnya.
Sekian sharing saya pada malam hari ini. Rangkaian sharing di atas semata-semata saya niatkan untuk memperlihatkan Keagungan Allah dan sungguh diri saya ini tidak ada apa-apanya jika tidak ada Allah dan Allah lah pemilik skenario terindah dalam hidup kita.
Akhir kata. Segala puji bagi Allah. Semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat untuk para pembaca.

Oleh,
Marsa Ima

0 komentar:

Posting Komentar