Ada yang bilang bahwa sudah jadi kodratnya cewek kalau pas ngumpul suka ngomongin orang alias ngrumpi. Ngrumpi disini maksudnya ngomongin kejelekan orang, ngomongin urusan orang dan parahnya lagi ngomongin kayak gitu ga ada tujuannya. Na’udzubillahi min dzalik.
Memang iya sih kita ga hidup sendiri. Ada keluarga, tetangga, dan teman. Belum lagi kalau dari kita ada yang hobi jalan-jalan, pasti bakal ketemu banyak orang. Dan dengan mengenal banyak orang kita bakal ngerti baik dan buruknya mereka. Okelah kalau kebaikan ga usah dibahas. Kalau keburukan/kejelekan?. Ini yang biasa jadi bahan empuk topik pembicaraan. Ups, tapi memang begitu ya cara kita mensyukuri nikmat Allah yang berupa mulut? Memangnya ga ada lagi yang lebih bermanfaat dari ngomongin orang?. Ndak kan.
Mulut ini nikmat luar biasa yang telah diberikan oleh Allah. Bisa bayangin kan orang yang ga bisa bicara atau tunawicara, atau bahkan orang yang ga punya mulut. Masih enak kita yang punya mulut kan. Lantas, kenapa mulut yang kita punya ini tidak kita manfaatkan semaksimal mungkin?. Tidak kita syukuri?. Nah, semuanya kembali kepada yang menciptakan, bukan?. Dan juga mulut ini titipan dari Allah yang diberikan kepada kita. Yang harus kita jaga supaya kita dapat mengembalikan lagi dalam keadaan seperti sedia kala ketika Allah menitipkannya kepada kita.
Sorry kalau kebanyakan ceramah. Ini juga mediaku mengingatkan diriku sendiri.
Jadi ceritanya di kantorku lagi ngehits banget ngomongin kejelekan orang di belakang. Aku sebagai karyawan baru awalnya suka-suka aja ndengerin. Ups, ndengerin disini aku maksudkan supaya aku juga bisa menyesuaikan diri ketika berhadapan dengan orang itu. Tapi, lama kelamaan aku ngerasa bosan dan ini jadi semacam budaya di kantorku. Sumpek sendiri jadinya. Tiada hari tanpa ngomongin orang. Aku memaklumi kejelakan orang lain. Dan memang sudah menjadi fitrah manusia tempat salah dan lupa. Tapi, islam sudah mengatur sedemikian rupa bagaimana seorang muslim bersikap ketika muslim yang lain melakukan kesalahan, yaitu dengan diingatkan. Bukan diomongin di belakang tanpa kita mengingatkan kesalahannya. Di kantorku semua muslim lo. Kalau tau kenyataan ini rasanya miris juga.
Bukannya aku sok bener juga sih. Aku juga orang yang masih banyak salah dan lupa. Dan aku juga sedang terus berusaha untuk bisa menerima kritik dari teman. Aku juga berusaha senang dapet kritik karena kalau kita dikritik berarti tandanya kita diperhatikan orang. Kalau ketika kita salah ga ada yang mengingatkan, itu tandanya ga ada yang perhatian sama kita. Tapi ada juga orang yang mengira kritikan adalah cara orang menjatuhkan kita. Ya memang semuanya tergantung cara kita menerima dan menghadapi apa yang datang kepada kita.
Dalam islam sendiri, ngomongin kejelekan orang di belakang sama artinya dengan memakan bangkai saudaranya yang telah meninggal. Jijik ga sih? Dipikir-pikir jijik juga sih. Tapi kalau udah ngomongin orang, udah lupa deh sama aturan dalam islam. Saking serunya kali ya. Tapi coba deh mulai sekarang sedikit demi sedikit kita perbaiki. Mulai kita biasakan dari ngomongin kejelekan orang di belakang diganti jadi ngomongin orang di depan alias mengingatkan orang langsung di depan orangnya. Atau media lain yang itu langsung sampai kepada orang yang bersangkutan. Tugas kita hanya mengingatkan. Selebihnya bukan urusan kita. Entah dia mau ndengerin kita atau ndak.
Nah, semisal kita yang diajak ngobrol orang dan obrolannya itu ngomongin kejelekan orang gimana?. Disini kadang aku juga masih suka bingung cara mengehentikan pembicaraan. Tapi pada prinsipnya sebisa mungkin kita hentikan pembicaraan itu dan segera mengganti topik pembicaraan. Dan juga supaya ga dosa-dosa amet bisa juga di akhir obrolan kita selipkan hikmah-hikmah yang bisa diambil dari orang yang kita jadikan topik pembicaraan. By the way kejelekan orang itu ternyata mendatangkan hikmah juga lo. Kejelakan orang bisa jadi sebab kita ga mau melakukan perbuatan serupa yang kita anggap jelek itu. Jadi ternyata hikmah Allah begitu luas dan ada dimana-mana. Makanya kita yang perlu pandai-pandai mengambil hikmah dari mana pun dan dari siapa pun.
0 komentar:
Posting Komentar