Kegagalan
saya berlibur ke Singapura bersama dengan sepupu pada bulan Oktober 2019 lalu
ternyata menjadi awal impian saya untuk melaksanakan ibadah umroh. Saat itu,
saya gagal berangkat karena harus melakukan perjalanan dinas ke Surabaya selama
5 (lima) hari. Tanggal perjalanan dinas pun sama persis dengan tanggal rencana
saya liburan. Padahal, sebelumnya saya berupaya keras mengurus passport demi bisa liburan ke negeri
tetangga tersebut. Namun, takdir berkehendak lain.
Perjalanan
dinas saya ke Surabaya bukanlah sembarang perjalanan. Di dalamnya terselip misi
silaturahim. Begitulah yang sering saya lakukan ketika saya berkunjung ke
beberapa kota, baik di pulau Jawa maupun di luar Jawa. Saat itu, misi
silaturahimnya dengan rekan-rekan kantor lama dan dengan seseorang yang saya
anggap seperti Bapak sendiri. Beliau adalah Bp. Agung Setiabudi yang waktu itu sedang
menjabat sebagai direktur utama salah satu perusahaan di Gresik.
Ketika
saya sampai di kantornya, beliau menyambut saya dengan hangat. Kami banyak
berbincang tentang pekerjaan, kehidupan, dan juga sharing keilmuan. Di tengah-tengah perbincangan, saya pun bercerita
tentang kegagalan saya berlibur ke Singapura. Mendengar hal tersebut, beliau pun
memberikan nasihat yang pada intinya kalau memang mau ke luar negeri, terlebih
dulu ziarah lah ke makam Nabi Muhammad di Madinah dan mengunjungi Mekkah.
Karena hal tersebut yang dianjurkan dan diperintahkan oleh Allah. Sejak saya
bertemu dengan beliau, saya bertekad untuk tidak menginjakkan kaki saya ke luar
negeri sebelum saya ke Mekkah dan ke Madinah terlebih dahulu.
Begitulah.
Silaturahim selalu membuat saya menjadi manusia yang lebih kuat dan lebih tegas
mengambil keputusan hidup.
Impian
untuk berumroh selalu ada dalam pikiran dan harapan. Satu hal yang saya yakini,
karena umroh merupakan salah satu bentuk panggilan dari Allah maka siapa pun
yang sudah mendapat panggilan dari Allah dia pasti akan dimampukan oleh Allah.
Tak peduli dia orang mampu atau tidak mampu. Namun, jika sudah dimampukan oleh
Allah maka dia pasti akan memenuhi panggilan-Nya. Dimampukan oleh Allah baik
dari sisi finansial, kesehatan, waktu luang, dan lainnya.
Ada
satu hal yang menarik sebelum saya memutuskan untuk mendaftar umroh. Beberapa
hari sebelum saya memutuskan untuk mendaftar, di malam hari sebelum saya tidur,
dalam hati saya berkata “Jika ada biaya perjalanan umroh dengan nilai 27 juta,
insyaAllah saya akan mendaftar”. Dan beberapa hari setelahnya terjawab. Saat
itu saya sedang sholat dzuhur di masjid kantor. Setelah sholat, sambil
berdzikir saya melihat pada layar proyektor masjid sebuah gambar seperti
Ka’bah. Bergegas saya memakai kacamata karena takut gambar tersebut beralih ke
slide selanjutnya. Setelah saya baca dengan teliti, ternyata benar itu gambar
Ka’bah, brosur pendaftaran umroh pada Oktober dan November 2022. Dan yang
membuat saya terkejut adalah biaya perjalanan umroh tersebut sama persis dengan yang saya
sebutkan sesaat sebelum tidur beberapa waktu lalu. Setelah itu, saya bergegas menemui
pengurus masjid dan menyampaikan maksud untuk mendaftar umroh. Pengurus masjid
pun menyarankan waktu yang diambil untuk berangkat umroh sebaiknya di bulan
November. Tepat sekali. Bulan November merupakan bulan yang menurut perkiraan
saya semua pekerjaan akan selesai sebelum berangkat.
Sesekali
saya merenung tentang perjalanan yang menyampaikan saya pada sebuah keputusan untuk
melaksanakan ibadah umroh.
1. Tentang harta. Saya tersadar bahwa harta itu salah satu bentuk ujian dari Allah. Punya harta sedikit ya ujian, punya harta banyak pun ujian. Jadi, sebagai manusia yang dikaruniai iman dan islam tantangannya adalah bagaimana supaya harta yang kita punya dipergunakan untuk sebanyak-banyaknya kemanfaatan dan kemaslahatan. Supaya kelak di hari akhir kita mampu mempertanggungjawabkan titipan Allah berupa harta tersebut.
2.
Tentang waktu. Jika memang Allah sudah
memanggil maka tidak ada yang bisa menahan-Nya. Tentu melalui banyak
kebimbangan karena pertimbangan materi, waktu, dan prioritas kebutuhan, niat
umroh selalu menjadi ragu untuk dilaksanakan. Namun, ketika kemantapan itu datang,
Allah seolah menyiapkan waktu yang tepat untuk kita mampu memenuhi
panggilan-Nya.
Perjuangan
akan sampainya niat telah usai. Selanjutnya adalah berjuang untuk memenuhi
syarat administratif untuk keberangkatan umroh. Adapun berkas-berkas yang sedang/telah
saya siapkan yaitu:
1.
Berkas pendaftaran (dari KBIH);
2.
Softcopy passport;
3.
Softcopy KTP;
4.
Softcopy KK;
5.
Softcopy pasfoto 4 x 6 close up wajah 80% dengan backround putih;
6.
Softcopy sertifikat vaksin covid-19 dosis 1,
dosis 2, dan booster;
7.
Membayar DP;
8.
Kartu kuning sebagai penanda telah melakukan
vaksin meningitis (biaya vaksin dibebankan kepada calon jamaah);
9.
Visa, pengurusannya dibantu pihak KBIH.
10. Surat
penunjukan mahrom, bagi perempuan yang pergi tanpa didampingi mahrom (ada biaya
pengurusan yang dibebankan oleh calon jamaah).
Notes:
beberapa
biaya yang dibebankan kepada calon jamaah sudah tertera pada brosur.
Bismillah,
semoga Allah mudahkan dan lancarkan pemenuhan berkas-berkasnya. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar